SELAMAT DATANG DI LINK BIDANG PSP SUMBER DAYA PETERNAKAN_ DISNAK_ ProvNTT

PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK)

 

PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK)



EPIDEMIOLOGI

Penyakit mulut dan kuku (biasa disingkat PMK; bahasa Inggris: foot-and-mouth disease, disingkat FMD) adalah penyakit hewan yang sangat menular akibat infeksi virus penyakit mulut dan kuku (FMDV). Penyakit ini dicirikan oleh luka (berupa lepuh dan/atau erosi) di bagian mulut dan kuku pada hewan berkuku belah, seperti sapi dan babi. Di tingkat nasional dan internasional, PMK merupakan penyakit hewan lintas batas yang penting karena memiliki dampak ekonomi yang signifikan.

Masa inkubasi pada sapi berlangsung 2–14 hari, pada domba 1–12 hari (mayoritas 2–8 hari), dan pada babi biasanya dua hari atau lebih.[4] Hewan yang terinfeksi FMDV menunjukkan tanda klinis yang bervariasi mulai dari ringan hingga berat, tergantung pada spesies hewan, umur hewan, serotipe virus, serta jumlah paparan virus. Babi yang dipelihara secara intensif dan sapi menunjukkan manifestasi klinis yang lebih berat dibandingkan domba dan kambing.[5]

Ciri khas penyakit ini adalah munculnya lepuh (vesikel) dan/atau erosi kulit di bagian hidung, lidah, bibir, di dalam rongga mulut (baik di gusi, langit-langit, maupun pipi bagian dalam), di sela kuku dan lingkaran kuku, serta di puting susu hewan betina. Setelah kulit melepuh, hewan menjadi lemas dan enggan bergerak atau makan. Biasanya, bagian tubuh yang melepuh akan pulih dalam tujuh hari, tetapi komplikasi (misalnya akibat infeksi bakteri) dapat memperpanjang kondisi buruk.[5] Sebagai contoh, luka di kaki lebih rentan terhadap infeksi bakteri yang dapat berujung pada kepincangan kronis, sementara infeksi bakteri di puting susu dapat mengakibatkan mastitis.[6]

Tanda klinis lain yang sering ditemukan yakni demam (sekitar 40 °C), depresi, hipersalivasi (keluarnya air liur secara berlebihan), penurunan nafsu makan, berat badan, dan produksi susu, serta hambatan pertumbuhan. Miositis juga bisa terjadi pada bagian tubuh lainnya. Umumnya, hewan dewasa akan pulih dari tanda klinis dalam 2–3 pekan dan sebagian di antara mereka menjadi pembawa virus. Biasanya, sapi menjadi pembawa virus dalam jangka waktu tidak lebih dari enam bulan. Meskipun demikian, sejumlah sapi dapat membawa virus selama tiga tahun.[3] Hewan-hewan yang terinfeksi secara kronis mengalami penurunan produksi susu; rata-rata sebanyak 80%. Tingkat kematian pada hewan dewasa relatif rendah (1–5%), tetapi pada sapi, domba, dan babi berusia muda cukup tinggi (hingga 20%). Kematian tersebut dapat terjadi, bahkan sebelum munculnya lepuh, akibat miokarditis multifokal


Kejadian Penyakit
Jauh beberapa waktu yang lalu (sebelum 1984) di Indonesia pernah terjadi wabah penyakit PMK tetapi sejak beberapa saat kemudian Indonesia telah terbebas dari penyakit ini. Oleh karena itu para peternak jangan terlalu kawatir dengan penyakit ini. Namun demikian PMK adalah penyakit yang endemik di sebagian Asia, Afrika, Asia timur tengah dan Amerika Selatan (terdapat wabah yang sporadik di daerah bebas). Oleh karena itu PMK harus selalu kita waspadai. Penyakit ini adalah penyakit paling menular dari penyakit penyakit hewan lain, dengan kerugian ekonomi yang sangat berarti. Dengan tingkat kematian yang rendah pada hewan dewasa, tetapi sering dengan tingkat kematian yang tinggi pada hewan muda.

Inang /Hospes:
Bovidae (sapi, sebu, kerbau, yak, /bangsa sapi), domba, kambing, babi, semua ruminansia liar dan golongan babi liar. Camelidae (unta, lama, /bangsa unta).

Cara Penularan:
  • Kontak langsung maupun tidak langsung (droplet).
  • Vektor hidup (manusia dll).
  • Bukan vektor hidup (mobil, peralatan dll).
  • Tersebar melalui angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan 300 km di laut).
Sumber virus:
  • Hewan hewan yang terkena  baik yang terinkubasi maupun klinis.
  • Leleran mulut, leleran hidung, tahi dan air kencing, susu dan sperma (diatas 4 hari sebelum gejala klinis).
  • Daging dan produknya yang ber pH di atas 6,0.
  • Karier: sebagian sapi atau kerbau hewan sembuh dan yang tervaksin (virus tahan di oropharynk di atas 30 bulan di sapi atau lebih lama di kerbau, 9 bulan di domba), kerbau afrika adalah tempat tinggal alami dari serotype SAT.
ETIOLOGY

Klasifikasi agen penyebab penyakit:
  • Virus tipe A dari family Picornaviridae, genus Aphthovirus.
  • Tujuh serotype immunology: A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, Asia 1
Ketahanan terhadap tantangan pisik dan kimia:
  • Temperatur: Tertekan oleh pendinginan ataupun pembekuan dan sangat tidak aktif pada temperatur di atas 50 derajad Celsiuc.
  • pH: Tidak Aktif pada pH <6.0 atao >9.0.
  • Desinfektan: Tidak aktif oleh sodium hydroxide (2 %), sodium carbonate (4 %), and citric acid (0,2 %). Resistant terhadap iodophores, quaternary mmonium compounds, hypoclorite and phenol, khususnya  pada bahan organik.
  • Daya tahan hidup: Hidup di kelenjar limpa dan bone marrow pada suhu netral, tetapi lemah pada otot ketika pH < 6.0 setelah rigor mortis. Bisa tahan di alam di atas satu bulan tergantung pada temperatur dan kondisi pH.

DIAGNOSIS

Masa inkubasinya 2 – 14 hari.

Diagnosa klinis:

Sapi.
  • Perexia, anorexia, menggigil, penurunan produksi susu untuk 2 - 3 hari, kemudian:
    • Menggosokkan bibir, mengeretakkan gigi, leleran mulut, suka menendangkan kaki: disebabkan oleh vesikula membran mukosa hidung dan bukal dan antara kuku.
    • Setelah 24 jam: vesikulanya ruptur setelah terjadi erosi.
    • Vesikula bisa juga terjadi pada kelenjar susu.
  • Rekoveri umumnya terjadi antara 8 – 15 hari.
  • Komplikasi: Erosi di lidah, superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu permanen, myocarditis, aboersi kematian pada hewan muda, kehilangan berat badab permanen, kehilangan kontrol panas..
Domba dan kambing.
Lesi kurang terlihat. Lesi kaki barangkali tidak terlihat. Lesi pada sekitar gigi domba. kematian pada hewan muda.

Babi.
Mungkin berkembang beberapa sebagian lesi kaki ketika dikadangkan di tempat keras. Kematian tinggi anak babi adalah kejadian yang frekwen.

Lesi:
  • Vesikula atau lepuh pada lidah, sela gigi, gusi, pipi, palatum molle dan palatum durum, bibir, nostril, moncong, koronary band, puting, ambing, moncong, ujung kuku, sela antar kuku.
  • Lesi setelah kematian pada dinding rumen, lesi di miokardium, sebagian hewan muda (tiger heart).
Diagnosa banding:
  1. Vesicular Stomatitis
  2. Swine vesicular disease
  3. Vesicularn exanthema of swine
Diagnosa Laboratorium.

Identifikasi agen penyakit:
  • ELISA
  • Complement fixation test
  • Isolation virus: inokulasi dari kelenjar tyroid bangsa sapi, babi, sapi dan sel ginjal domba: inokulasi BHK-21 dan sel IB-RS: inokulasi pada tikus.
Test serologis:
  • ELISA
  • Virus neutralisation test
Sample:
  • 1 g jaringan dari kelupasan (bukan) dari vesikula. Sampel epithel dapat ditempatkan media transport dengan pH 7,2 – 7,4 dan jaga tetap dingin.
  • Kumpulkan cairan esophagus – pharynk sebagai sampel bisa pada suhu beku dibawah 40 derajad Celsius.
PENCEGAHAN

Pencegahan dengan cara Sanitasi:
  1. Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan dan surveilance.
  2. Pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan hewan yang kemungkinan kontak dengan PMK.
  3. Desinfeksi aset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan kandang, mobil, baju dll).
  4. Musnahkan bangkai, sampah, dan semua produk hewan pada area yang terinfeksi.
  5. Tindakan karantina.
Pencegahan dengan cara medis:
  • Vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant.
  • Kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang mewabah.
*** penulis: Jonathan A.T - dari berbagai sumber.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AYO TINGKATKAN POPULASI TERNAK

Sosialisasi PMK dari Bidang PSP

JAM DIGITAL

<< AYO MARI BETERNAK DEMI MEWUJUDKAN PETERNAK NTT SEJAHTERA>>

Survey Kepuasan Masyarakat

Postingan Populer

Arsip Blog

Recent Posts